Translate

Jumat, 03 Mei 2013

ilmu dan kebudayaan



BAB I
PENDAHULUAN

1.1             Latar Belakang
Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu  secara mendalam mengenai ketuhanan, alam manusia, dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat dicapai akal manusia setelah mencapai pengetahuan. Bagian dari filsafat pengetahuan membicarakan tentang ontologis, epistomologis, dan aksiologi. Dalam kajian aksiologi ilmu membicarakan untuk apa dan untuk siapa. Tulisan ini membicarakan ilmu dan kebudayaan, perkembangan ilmu dan kebudayaan.
Nilai-nilai budaya adalah jiwa dari kebudayaan dan menjadi dasar segenap wujud kebudayaan. Kegiatan manusia mencerminkan budaya yang dikandungnya. Pada dasarnya tata hidup merupakan pencerminan kongkret dari nilai budaya yang bersifat abstrak. Pada hakikatnya yaitu kegiatan manusia dapat ditangkap oleh pancaindera sedangkan nilai budaya dan tata hidup manusia ditopang oleh perwujudan kebudayaan yang ketiga yaitu berupa sarana kebudayaan. Sarana kebudayaan ini pada dasarnya merupakan perwujudan yang bersifat fisik yang merupakan produk dari kebudayaan atau alat yang memberikan kemudahan berkehidupan .
Ilmu harus disesuaikan dengan nilai-nilai budaya dan nilai moral suatu masyarakat. Keseluruhan faset dari kebudayaan tersebut di atas sangat erat hubungannya dengan pendidikan sebab semua materi yang terkandung dalam suatu kebudayaan diperoleh manusia secara sadar lewat proses belajar. Lewat proses pembelajaran inilah diteruskan kebudayaan dari generasi yang satu kepada generasi selanjutnya. Kebudayaan diteruskan dari waktu ke waktu; kebudayaan masa kini disampaikan ke masa yang akan datang. Dengan demikian, kebudayaan  secara langsung dapat diperoleh melalui pendidikan.


1.2             Rumusan Masalah
1.     Bagaimana hubungan ilmu dan kebudayaan dalam filsafat?
2.     Apa kaitan Kebudayaan dengan pendidikan?
3.     Bagaimana pekembangan ilmu dengan kebudayaan dalam filsafat?

1.3             Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.     Mengetahui apa hubungan ilmu dan kebudayaan dalam filsafat.
2.     Memahami kaitan Kebudayaan dengan pendidikan.
3.     Mengetahui pekembangan ilmu dengan kebudayaan dalam filsafat.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1             Ilmu
Ilmu adalah pengetahuan yang pasti, sistematik, metodik, ilmiah dan mencakup kebenaran umum mengenai objek studi. Ilmu membentuk daya intelegensi yang menghasilkan  keterampilan atau skill.[1]
Ilmu sebagai aktivitas ilmiah dapat berwujud penelaahan, penyelidikan, usaha menemukan atau pencarian. Maka dalam dunia ilmu dilakukan penelitian untuk aktivitas ilmiah yang paling berbobot guna menemukan pengetahuan baru. Dari aktivitas ilmiah dengan metode ilmiah yang dilakukan para ilmuwan dapatlah dihimpun sekumpulan pengetahuan yang baru atau disempurnakan pengetahuan yang telah ada sehingga dikalangan ilmuwan maupun filsuf pada umumnya terdapat kesepakatan bahwa ilmu adalah sesuatu kumpulan pengetahuan yang sistematis
Van Melsen dikutip Surajio mengemukakan ada delapan  ciri yang menandai ilmu, yaitu:
1.      Ilmu pengetahuan secara metodis harus mencapai suatu keseluruhan yang secara logis koheren. Itu berarti adanya sistem dalam penelitian (metode) maupun harus (susunan logis).
2.      Ilmu pengetahuan tanpa pamrih, karena hal itu erat kaitannya dengan tanggung jawab ilmuwan.
3.      Universalitas ilmu pengetahuan, semua ilmu yang diketahui itu bersifat universal.
4.      Obyektivitas, artinya setiap ilmu terpimpin oleh obyek dan tidak didistorsi oleh prasangka-prasangka subyektif.
5.       Ilmu pengetahuan harus dapat diverifikasi oleh semua peneliti ilmiah yang bersangkutan, karena itu ilmu pengetahuan harus dapat dikomunikasikan. Ilmu pada dasarnya sudah diakui oleh peneliti ilmiah. Terdapat kesepakatan yang sesuai dengan fakta dan pengetahuan yang ada.
6.       Progresivitas artinya suatu jawaban ilmiah baru bersifat ilmiah sungguh-sungguh, bila mengandung pertanyaan-perta-nyaan baru dan menimbulkan problem-problem baru lagi.
7.       Kritis, artinya tidak ada teori yang definitif, setiap teori terbuka bagi suatu peninjauan kritis yang memanfaatkan data-data baru.
8.       Ilmu pengetahuan harus dapat digunakan sebagai perwujudan kebertauan antara teori dengan praktis.
Pada hakikatnya tujuan ilmu untuk mempermudah aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuannya. hakikat ilmu dan nilai-nilai yang dikandungnya memiliki pengaruh terhadap pengembangan kebudayaan nasional. Berdasarkan hal tersebut berikut merupakan peranan ilmu yaitu:[2]
a.      Ilmu sebagai suatu cara berpikir
Berpikir ilmiah merupakan kegiatan berpikir yang memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu, yang memiliki dua kriteria utama, yaitu :
  1. Pernyataan harus logis
  2. Didukung fakta empiris
Kedua kriteria tersebut saling mengikat, yang pertama setiap pernyataan yang disampaikan harus logis dan diperolah dari fakta-fakta empiris, merupakan hakikat berpikir ilmiah. Dari hakikat ini, kita dapat menyimpulakan beberapa karakteristik ilmu :
  1. Ilmu mempercayai rasio sebagai alat untuk mendapatkan pengetahuan yang benar
  2. Akar berpikir yang logis yang konsisten dengan pengetahuan yang ada.
  3. Pengujian secara empiris sebagai kriteria kebenaran objektif.
  4. Mekanisme yang terbuka terhadap koreksi
Dengan demikian, maka manfaat nilai yang dapat ditarik dari karakteristik ilmu adalah sifat rasional, logis, objektif dan terbuka, serta dilandasi oleh sifat kritis untuk mengetahui perkembangan ilmu. Ilmu yang diperoleh dari pengetahuan dan kriteria lainnya. Pada dasarnya ilmu merupakan bagian dari pengetahun dan pengetahuan merupakan unsur kebudayaan.
b.      Ilmu sebagai asas moral
Ilmu merupakan proses berpikir untuk mendapatkan pengetahuan yang benar, atau secara sederhana, ilmu bertujuan untuk mendapatkan kebenaran. Kriteria kebenaran bersifat otonom dan terbebas dari struktur kekuasaan di luar bidang keilmuan. Kebenaran bagi ilmuwan mempunyai kegunaan yang universal bagi umat manusia dalam meningkatkan martabat ke manusiaanya. Secara nasional kaum ilmuwan tidak mengabdi kepada golongan, politik atau kelompok lain, secara internasional kaum ilmuwan tidak mengabdi kepada ras, ideology, dan factor – factor pembatas lainnya, dua karakteristik ini merupakan asas moral bagi ilmuwan yakni meninggikan kebenaran dan pengabdian secara universal. Tentu saja dalam kenyataannya pelaksanaan asas moral ini tidak mudah sebab sejak tahap perkembangan ilmu pada kegiatan ilmiah dipengaruhi oleh struktur kekuasaan dari luar.

2.2             Kebudayaan
2.2.1             Pengertian Kebudayaan
Kebudayaan berasal dari bahasa Sangsekerta buddhayah yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Dengan demikian kebudayaan dapat diartikan hal-hal yang bersangkutan dengan akal. Berikut ini beberapa pengertian kebudayaan dari para ahli yaitu :
Ki Hajar Dewantara
Kebudayaan berarti buah budi manusia adalah hasil perjuang manusia terhadap dua pengaruh kuat yakni alam dan zaman (kodrat dan manusia) yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran di dalam hidup dan penghidupan guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai.
Sultan Takdir Alisyahbana
Kebudayaan adalah manifestasi dari cara berpikir sehingga menurutnya pola kebudayaan itu sangat luas sebab semua laku dan perbuatan tercangkup di dalamnya dan dapat diungkapkan pada basis dan cara berpikir termaksud di dalamnya perasaan karena perasaan juga merupakan maksud dari pikiran.
Koentjaraningrat
Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.
A.L Kroeber dan C. Kluckhohn
Kebudayaan adalah manifestasi atau penjelmaan kerja jiwa manusia dalam arti seluas-luasnya
Malinowski
Kebudayaan pada prinsipnya berdasarkan atas berbagai sistem kebutuhan manusia. Tiap tingkat kebutuhan itu menghadirkan corak budaya yang khas. Misalnya guna memenuhi kebutuhan manusia akan keselamatannya maka timbul kebudayaan yang berupa perlindungan yakni seperangkat budaya dalam bentuk tertentu seperti lembaga kemasyarakatan.
Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia, kebudayaan adalah suatu kebudayaan yang dapat digunakan sebagai suatu analisis tertentu yang mengandung makna totalitas dari sekadar penjumlahan unsur-unsur yang terdapat di dalamnya.
2.2.2             Pola Kebudayaan
Pola kebudayaan muncul berdasarkan sistem suatu masyarakat yang perkembangannya dipengaruhi oleh ilmu. Menurut Suriasumantri, di negara kita telah mengalami polarisasi membentuk kebudayaan sendiri.[3] Polarisasi yang dimaksud dalam hal ini adalah pembagian atas dua bagian (kelompok orang yang berkepentingan) yang berlawanan. Polarisasi ini didasarkan kepada kecendrungan beberapa kalangan tertentu untuk memisahkan ke dalam dua golongan yakni ilmu-ilmu alam dan ilmu sosial. Perbedaan ini menjadi sedemikian tajam seolah-olah kedua golongan itu membentuk dirinya sendiri yang masing-masing terpisah satu sama lain. Seakan-akan terdapat dua kebudayaan dalam bidang keilmuan. Tak dapat disangkal terdapat perbedaan antara ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial, namun perbedaan ini hanya bersifat teknis. Jika di telaah kembali dasar ontologis, epistemologis dan aksiologisnya sama.
2.2.3             Objek dan Nilai – Nilai Kebudayaan
Manusia sebagai suatu objek dan sekaligus subjek dari suatu kebudayaan memiliki kebutuhan – kebutuhan yang sangat banyak, pemenuhan kebutuhan inilah yang menjadi salah satu cara manusia untuk mengembangkan unsur-unsur kebudayaan yang dikenalnya
Menurut Maslow Kebutuhan manusia sebagai makhluk diidentifikasi menjadi lima kelompok, yaitu:[4]
·        Fisiologis berhubungan dengan seluk beluk kelompok,fungsi dan bagian kehidupan.
·        Rasa aman berhubungan dengan perlindungan diri
·        Afiliasai berhubungan dengan kerjasama atau hubungan dengan orang lain.
·        Harga diri berhubungan dengan kehormatan
·        Pengembangan potensi berhubungan dengan kemampuan untuk memaksimalkan bakat dan sebagainya.
Manusia sebagai makhluk tuhan pada dasarnya tidak mampu untuk bertindak instrintif atau berdasarkan nurani semata seperti yang terjadi pada hewan. Oleh karena itulah dikembangkan suatu cara untuk mengajarkan cara hidup yang kita sebut sebagai kebudayaan. Akan tetapi meski tidak dapat bertindak instrintif, manusia memiliki kemampuan komunikasi, belajar dan menguasai objek-objek secara fisik.
 Nilai-nilai kebudayaan adalah jiwa dari kebudayaan dan menjadi dasar dari segenap wujud kebudayaan. Selain nilai budaya kebudayaan juga diwujudkan dalam tata hidup yang merupakan kegiatan manusia yang mencerminkan nilai budaya yang dikandungnya. Nilai budaya bersifat abstrak sedangkan tata hidup bersifat real. Kegiatan manusia dapat ditangkap oleh panca indera sedangkan nilai budaya hanya tertangguk oleh budi manusia.
2.2.4             Wujud – wujud Kebudayaan
Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga, yaitu:
a.       Gagasan (Wujud ideal)
Wujud ideal kebudayaan berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat.
b.      Aktivitas (tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.
c.       Artefak (karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret diantara ketiga wujud kebudayaan.
Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.

Berdasarkan wujudnya tersebut, kebudayaan dapat digolongkan atas dua komponen utama, yaitu:
a.       Kebudayaan material
Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat, perhisalan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan material juga mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci.
b.      Kebudayaan nonmaterial
Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.
2.2.5             Unsur – unsur Kebudayaan
Komponen-komponen atau unsur-unsur utama dari kebudayaan antara lain:
a.       Peralatan dan perlengkapan hidup (teknologi)
Teknologi menyangkut cara-cara atau teknik memproduksi, memakai, serta memelihara segala peralatan dan perlengkapan. Teknologi muncul dalam cara-cara manusia mengorganisasikan masyarakat, dalam cara-cara mengekspresikan rasa keindahan, atau dalam memproduksi hasil-hasil kesenian.
b.      Sistem mata pencaharian
Perhatian para ilmuwan pada sistem mata pencaharian ini terfokus pada masalah-masalah mata pencaharian tradisional saja, di antaranya:
c.       Sistem kekerabatan dan organisasi sosial
Sistem kekerabatan suatu masyarakat dapat dipergunakan untuk menggambarkan struktur sosial dari masyarakat yang bersangkutan. Kekerabatan adalah unit-unit sosial yang terdiri dari beberapa keluarga yang memiliki hubungan darah atau hubungan perkawinan. Sementara itu, organisasi sosial adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, yang berfungsi sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa dan negara. Sebagai makhluk yang selalu hidup bersama-sama, manusia membentuk organisasi sosial untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang tidak dapat mereka capai sendiri.
d.      Bahasa
Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk saling berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan, ataupun gerakan (bahasa isyarat), dengan tujuan menyampaikan maksud hati atau kemauan kepada lawan bicaranya atau orang lain. Melalui bahasa, manusia dapat menyesuaikan diri dengan adat istiadat, tingkah laku, tata krama masyarakat, dan sekaligus mudah membaurkan dirinya dengan segala bentuk masyarakat.
e.       Kesenian
Kesenian mengacu pada nilai keindahan (estetika) yang berasal dari ekspresi hasrat manusia akan keindahan yang dinikmati dengan mata ataupun telinga. Sebagai makhluk yang mempunyai cita rasa tinggi, manusia menghasilkan berbagai corak kesenian mulai dari yang sederhana hingga perwujudan kesenian yang kompleks.
f.        Sistem Kepercayaan
Agama dan sistem kepercayaan lainnya seringkali terintegrasi dengan kebudayaan. Agama adalah sebuah unsur kebudayaan yang penting dalam sejarah umat manusia.

 2.3             Hubungan Ilmu dan Kebudayaan
Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan dan pengetahuan merupakan unsur kebudayaan. Ilmu dan kebudayaan berada dalam posisi yang saling tergantung dan saling mempengaruhi. Disatu pihak pengembangan ilmu dalam suatu masyarakat tergantung kondisi kebudayaannya, tapi dipihak lain pengembangan ilmu akan mempengaruhi jalannya kebudayaan.
Menurut Talcot Parsons, mereka saling mendukung satu sama lain baik dalam beberapa tipe masyarakat ilmu dapat berkembang dengan pesat, demikian pula sebaliknya. Masyarakat tersebut tak dapat berfungsi dengan wajar tanpa didukung perkembangan yang sehat dari ilmu dan penerapan.
Ilmu dan kebudayaan berada pada posisi yang saling tergantung dan saling mempengaruhi. Pada satu pihak perkembangan ilmu dalam suatu masyarakat tergantung dari kondisi kebudayaannya. Sedangkan dipihak lain , pengembangan ilmu akan mempengaruhi jalannya kebudayaan. Ilmu terpadu secara intim dengan keseluruhan sistem sosial dan tradisi kebudayaan.
Semua materi yang terkandung dalam suatu kebudayaan diperoleh manusia dengan sadar lewat proses belajar, secara belajarlah yang membuat transfer kebudayaan dari generasi yang satu kegenerasi berikutnya. Dengan demikian kebudayaan diteruskan dari waktu kewaktu : kebudayaan yang telah lalu bereksitensi pada masa kini, kebudayaan masa kini disampaikan ke masa yang akan datang.

2.4             Kebudayaan dan Pendidikan
Allport, Vernon dan Lindsey mengidentifikasikan enam nilai dasar dalam kebudayaan yakni:[5]
a.       Nilai Teori adalah hakikat penemuan kebenaran lewat berbagai metode seperti rasionalisme, empirisme dan metode ilmiah.
b.      Nilai ekonomi adalah kegunaan dari berbagai benda dalam memenuhi kebutuhan manusia.
c.        Nilai estitika adalah berhubungan dengan keindahan dan segi segi artistik yang menyangkut antara lain bentuk , harmoni dn wujud kesenian lainnya yang memberi kan kenikmatan kepada manusia.
d.      Nilai sosial adalah nilai berorientasi kepada hubungan antar manusia dan penekanan segi segi kemanusiaan yang luhur.
e.       Nilai politik adalah kegiatan yang berpusat kepada kekuasaan dan pengaruh baik dalam kehidupan masyarakat maupun dunia politik
f.        Nilai Agama adalah penghayatan yang bersifat mistik dan trasedental dalam usaha manusia untuk mengerti dan memberi arti bagi kehadirannya di muka bumi.
Dari penggolongan diatas maka masalah pertama yang dihadapi oleh pendidikan ialah menerapkan nilai-nilai budaya apa saja yang harus dikembangkan dalam diri anak-anak kita.
Pendidikan merupakan usaha sadar dan sistimatis dalam membantu untuk mengembangkan pikiran, kepribadian dan kemampuan fisiknya, artinya pendidikan harus sesuai dan relevan dengan kebudayaan dan zaman. Namun pada kenyataannya pendidikan ternyata tidak relevan dengan zaman dan kebudayaan karena masih banyak pola pendidikan kita yang konvensional. Tetapi untuk menentukan nilai mana yang patut didapatkan, maka kita perlu menelaah dan meramalkan skenario pada masyarakat kita yang akan datang.



2.5             Perkembangan Ilmu dan Kebudayaan Nasional
Peranan ganda ilmu dalam pengembangan kebudayaan nasional adalah sebagai berikut :
  1. Ilmu merupakan sumber nilai yang mendukung terselenggaranya perkembangan kebudayaan nasional
  2. Ilmu merupakan sumber nilai yang mengisi pembentukan watak suatu bangsa.
Kedua hal ini terpadu satu sama lain dan sukar dibedakan. Pengkajian perkembangan kebudayaan nasioal tidak dapat dilepaskan dari perkembangan ilmu. Dewasa ini kurun ilmu dan teknologi menjadi pengembangan utama bidang ilmu dan secara tidak langsung kebudayaan kita tak terlepas dari pengaruhnya, sehingga kita harus ikut memperhitungkan hal ini. Untuk itu dibicarakan peranan ilmu sebagai sumber nilai yang ikut mendukung pengembangan kebudayaan Nasional. Ada tujuh nilai yang terkandung dalam hakikat keilmuan yaitu:
    1. Kritis
    2. Rasional
    3. Logis
    4. Objektif
    5. Terbuka
    6. Menjunjung kebenaran
    7. Pengabdian universal.
Ketujuh sifat ini sangat akan sangat konsisten untuk membentuk bangsa yang modern. Karena bangsa yang modern akan menghadapi banyak tantangan di segala bidang kehidupan. Pengembangan kebudayaan nasional pada hakikatnya adalah perubahan kebudayaan konvensional kearah yang lebih aspirasi.
Ilmu bersifat mendukung budaya nasional, maka kita perlu meningkatkan peranan keilmuan dalam kehidupan kita. Beberapa langkah yang dapat kita gunakan yang pada pokoknya mengandung beberapa pemikiran sebagai berikut:
  1. Ilmu merupakan bagian kebudayaan, sehingga setiap langkah dalam kegiatan peningkatan ilmu harus memperhatikan kebudayaan kita.
  2. Ilmu merupakan salah satu cara menemukan kebenaran.
  3. Asumsi dasar dari setiap kegiatan dalam menemukan kebenaran adalah percaya dengan metode yang digunakan.
  4. Kegiatan keilmuan harus dikaitkan dengan moral.
  5. Pengembangan keilmuan harus seiring dengan pengembangan filsafat
  6. Kegiatan ilmah harus otonom dan bebas dari kekangan struktur kekuasaan.
Keenam hal ini merupakan langkah-langkah untuk memberi kontrol bagi masyarakat terhadap kegiatan ilmu dan teknologi.















BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kebudayaan adalah hasil cipta, karya dari manusia, yang bersumber dari akal, rasa dan kehendak manusia. Oleh karena itu, kebudayaan tidak akan dapat berhenti, selama manusia masih menciptakan karya. Maka prosesnya akan terus ada selama adanya aktivitas manusia untuk mencapai keinginan dan kehendaknya untuk hidup berkualitas.
Dengan demikian, apabila kebudayaan adalah hasil karya manusia, maka ilmu sebagai hasil akal pikir manusia juga merupakan kebudayaan. Karena semua materi yang terkandung dalam suatu kebudayaan diperoleh manusia dengan sadar lewat proses belajar, secara belajarlah yang membuat transfer kebudayaan dari generasi yang satu kegenerasi berikutnya. Pada hakikatnya ilmu dan nilai-nilai yang dikandung dalam ilmu memiliki pengaruh terhadap pengembangan kebudayaan nasional. Dengan demikian kebudayaan diteruskan dari waktu kewaktu : kebudayaan yang telah lalu bereksitensi pada masa kini, kebudayaan masa kini disampaikan ke masa yang akan datang.










Daftar Pustaka

Praja, Juhaya S. 2003. Aliran-aliran Filsafat dan Etika. Jakarta: Prenada Media.
Suriasumantri, Jujun S. 2005. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
Susanto.  2011. Filsafat Ilmu: Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis, Epistemologis, dan Aksiologis. Jakarta: PT. Bumi Aksara.


[1] Susanto. Filsafat Ilmu: Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis, Epistemologis, dan Aksiologis. Jakarta: PT. Bumi Aksara, hlm. 112
[2] Suriasumantri, Jujun S. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, hlm. 273-275
[3] Suriasumantri, Jujun S. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, hlm. 281
[4] Suriasumantri, Jujun S. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, hlm. 262
[5] Suriasumantri, Jujun S. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, hlm. 263

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan komen ya gan :D