BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Filsafat
adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu secara mendalam mengenai
ketuhanan, alam manusia, dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan
tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat dicapai akal manusia setelah
mencapai pengetahuan. Bagian dari filsafat pengetahuan membicarakan tentang
ontologis, epistomologis, dan aksiologi. Dalam kajian aksiologi ilmu
membicarakan untuk apa dan untuk siapa. Tulisan ini membicarakan ilmu dan
kebudayaan, perkembangan ilmu dan kebudayaan.
Nilai-nilai
budaya adalah jiwa dari kebudayaan dan menjadi dasar segenap wujud kebudayaan.
Kegiatan manusia mencerminkan budaya yang dikandungnya. Pada dasarnya tata
hidup merupakan pencerminan kongkret dari nilai budaya yang bersifat abstrak.
Pada hakikatnya yaitu kegiatan manusia dapat ditangkap oleh pancaindera
sedangkan nilai budaya dan tata hidup manusia ditopang oleh perwujudan
kebudayaan yang ketiga yaitu berupa sarana kebudayaan. Sarana kebudayaan ini
pada dasarnya merupakan perwujudan yang bersifat fisik yang merupakan produk
dari kebudayaan atau alat yang memberikan kemudahan berkehidupan .
Ilmu harus
disesuaikan dengan nilai-nilai budaya dan nilai moral suatu masyarakat.
Keseluruhan faset dari kebudayaan tersebut di atas sangat erat hubungannya dengan
pendidikan sebab semua materi yang terkandung dalam suatu kebudayaan diperoleh
manusia secara sadar lewat proses belajar. Lewat proses pembelajaran inilah
diteruskan kebudayaan dari generasi yang satu kepada generasi selanjutnya.
Kebudayaan diteruskan dari waktu ke waktu; kebudayaan masa kini disampaikan ke
masa yang akan datang. Dengan demikian, kebudayaan secara langsung dapat
diperoleh melalui pendidikan.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana hubungan ilmu dan
kebudayaan dalam filsafat?
2.
Apa kaitan Kebudayaan dengan
pendidikan?
3.
Bagaimana pekembangan ilmu dengan
kebudayaan dalam filsafat?
1.3
Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut :
1.
Mengetahui apa hubungan ilmu dan
kebudayaan dalam filsafat.
2.
Memahami kaitan Kebudayaan dengan
pendidikan.
3.
Mengetahui pekembangan ilmu dengan
kebudayaan dalam filsafat.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Ilmu
Ilmu adalah
pengetahuan yang pasti, sistematik, metodik, ilmiah dan mencakup kebenaran umum
mengenai objek studi. Ilmu membentuk daya intelegensi yang menghasilkan
keterampilan atau skill.[1]
Ilmu sebagai
aktivitas ilmiah dapat berwujud penelaahan, penyelidikan, usaha menemukan atau
pencarian. Maka dalam dunia ilmu dilakukan penelitian untuk aktivitas ilmiah
yang paling berbobot guna menemukan pengetahuan baru. Dari aktivitas ilmiah
dengan metode ilmiah yang dilakukan para ilmuwan dapatlah dihimpun sekumpulan
pengetahuan yang baru atau disempurnakan pengetahuan yang telah ada sehingga
dikalangan ilmuwan maupun filsuf pada umumnya terdapat kesepakatan bahwa ilmu
adalah sesuatu kumpulan pengetahuan yang sistematis
Van Melsen
dikutip Surajio mengemukakan ada delapan ciri yang menandai ilmu, yaitu:
1.
Ilmu pengetahuan
secara metodis harus mencapai suatu keseluruhan yang secara logis koheren. Itu
berarti adanya sistem dalam penelitian (metode) maupun harus (susunan logis).
2.
Ilmu pengetahuan
tanpa pamrih, karena hal itu erat kaitannya dengan tanggung jawab ilmuwan.
3.
Universalitas
ilmu pengetahuan, semua ilmu yang diketahui itu bersifat universal.
4.
Obyektivitas,
artinya setiap ilmu terpimpin oleh obyek dan tidak didistorsi oleh
prasangka-prasangka subyektif.
5.
Ilmu pengetahuan harus dapat diverifikasi oleh
semua peneliti ilmiah yang bersangkutan, karena itu ilmu pengetahuan harus
dapat dikomunikasikan. Ilmu pada dasarnya sudah diakui oleh peneliti ilmiah.
Terdapat kesepakatan yang sesuai dengan fakta dan pengetahuan yang ada.
6.
Progresivitas artinya suatu jawaban ilmiah
baru bersifat ilmiah sungguh-sungguh, bila mengandung pertanyaan-perta-nyaan baru
dan menimbulkan problem-problem baru lagi.
7.
Kritis, artinya tidak ada teori yang
definitif, setiap teori terbuka bagi suatu peninjauan kritis yang memanfaatkan
data-data baru.
8.
Ilmu pengetahuan harus dapat digunakan sebagai
perwujudan kebertauan antara teori dengan praktis.
Pada hakikatnya
tujuan ilmu untuk mempermudah aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan dan
mencapai tujuannya. hakikat ilmu dan nilai-nilai yang dikandungnya memiliki
pengaruh terhadap pengembangan kebudayaan nasional. Berdasarkan hal tersebut
berikut merupakan peranan ilmu yaitu:[2]
a.
Ilmu sebagai
suatu cara berpikir
Berpikir ilmiah merupakan kegiatan
berpikir yang memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu, yang memiliki dua
kriteria utama, yaitu :
- Pernyataan harus logis
- Didukung fakta empiris
Kedua kriteria tersebut saling
mengikat, yang pertama setiap pernyataan yang disampaikan harus logis dan
diperolah dari fakta-fakta empiris, merupakan hakikat berpikir ilmiah. Dari
hakikat ini, kita dapat menyimpulakan beberapa karakteristik ilmu :
- Ilmu mempercayai rasio sebagai alat untuk mendapatkan pengetahuan yang benar
- Akar berpikir yang logis yang konsisten dengan pengetahuan yang ada.
- Pengujian secara empiris sebagai kriteria kebenaran objektif.
- Mekanisme yang terbuka terhadap koreksi
Dengan demikian,
maka manfaat nilai yang dapat ditarik dari karakteristik ilmu adalah sifat
rasional, logis, objektif dan terbuka, serta dilandasi oleh sifat kritis untuk
mengetahui perkembangan ilmu. Ilmu yang diperoleh dari pengetahuan dan kriteria
lainnya. Pada dasarnya ilmu merupakan bagian dari pengetahun dan pengetahuan
merupakan unsur kebudayaan.
b.
Ilmu sebagai
asas moral
Ilmu merupakan
proses berpikir untuk mendapatkan pengetahuan yang benar, atau secara
sederhana, ilmu bertujuan untuk mendapatkan kebenaran. Kriteria kebenaran
bersifat otonom dan terbebas dari struktur kekuasaan di luar bidang keilmuan.
Kebenaran bagi ilmuwan mempunyai kegunaan yang universal bagi umat manusia
dalam meningkatkan martabat ke manusiaanya. Secara nasional kaum ilmuwan tidak
mengabdi kepada golongan, politik atau kelompok lain, secara internasional kaum
ilmuwan tidak mengabdi kepada ras, ideology, dan factor – factor pembatas
lainnya, dua karakteristik ini merupakan asas moral bagi ilmuwan yakni
meninggikan kebenaran dan pengabdian secara universal. Tentu saja dalam
kenyataannya pelaksanaan asas moral ini tidak mudah sebab sejak tahap
perkembangan ilmu pada kegiatan ilmiah dipengaruhi oleh struktur kekuasaan dari
luar.
2.2
Kebudayaan
2.2.1
Pengertian
Kebudayaan
Kebudayaan
berasal dari bahasa Sangsekerta buddhayah yaitu bentuk jamak dari buddhi yang
berarti budi atau akal. Dengan demikian kebudayaan dapat diartikan hal-hal
yang bersangkutan dengan akal. Berikut ini beberapa pengertian kebudayaan
dari para ahli yaitu :
Ki Hajar Dewantara
Kebudayaan berarti
buah budi manusia adalah hasil perjuang manusia terhadap dua pengaruh kuat
yakni alam dan zaman (kodrat dan manusia) yang merupakan bukti kejayaan hidup
manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran di dalam hidup dan
penghidupan guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya
bersifat tertib dan damai.
Sultan Takdir
Alisyahbana
Kebudayaan adalah
manifestasi dari cara berpikir sehingga menurutnya pola kebudayaan itu sangat
luas sebab semua laku dan perbuatan tercangkup di dalamnya dan dapat
diungkapkan pada basis dan cara berpikir termaksud di dalamnya perasaan karena
perasaan juga merupakan maksud dari pikiran.
Koentjaraningrat
Kebudayaan
adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam
rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.
A.L Kroeber dan C.
Kluckhohn
Kebudayaan
adalah manifestasi atau penjelmaan kerja jiwa manusia dalam arti seluas-luasnya
Malinowski
Kebudayaan pada
prinsipnya berdasarkan atas berbagai sistem kebutuhan manusia. Tiap tingkat
kebutuhan itu menghadirkan corak budaya yang khas. Misalnya guna memenuhi
kebutuhan manusia akan keselamatannya maka timbul kebudayaan yang berupa
perlindungan yakni seperangkat budaya dalam bentuk tertentu seperti lembaga
kemasyarakatan.
Sedangkan menurut kamus besar
bahasa Indonesia, kebudayaan adalah suatu kebudayaan yang dapat digunakan
sebagai suatu analisis tertentu yang mengandung makna totalitas dari sekadar
penjumlahan unsur-unsur yang terdapat di dalamnya.
2.2.2
Pola
Kebudayaan
Pola kebudayaan
muncul berdasarkan sistem suatu masyarakat yang perkembangannya dipengaruhi
oleh ilmu. Menurut Suriasumantri, di negara kita telah mengalami polarisasi
membentuk kebudayaan sendiri.[3]
Polarisasi yang dimaksud dalam hal ini adalah pembagian atas dua bagian
(kelompok orang yang berkepentingan) yang berlawanan. Polarisasi ini didasarkan
kepada kecendrungan beberapa kalangan tertentu untuk memisahkan ke dalam dua
golongan yakni ilmu-ilmu alam dan ilmu sosial. Perbedaan ini menjadi sedemikian
tajam seolah-olah kedua golongan itu membentuk dirinya sendiri yang
masing-masing terpisah satu sama lain. Seakan-akan terdapat dua kebudayaan
dalam bidang keilmuan. Tak dapat disangkal terdapat perbedaan antara ilmu-ilmu
alam dan ilmu-ilmu sosial, namun perbedaan ini hanya bersifat teknis. Jika di
telaah kembali dasar ontologis, epistemologis dan aksiologisnya sama.
2.2.3
Objek
dan Nilai – Nilai Kebudayaan
Manusia sebagai
suatu objek dan sekaligus subjek dari suatu kebudayaan memiliki kebutuhan –
kebutuhan yang sangat banyak, pemenuhan kebutuhan inilah yang menjadi salah
satu cara manusia untuk mengembangkan unsur-unsur kebudayaan yang dikenalnya
Menurut Maslow
Kebutuhan manusia sebagai makhluk diidentifikasi menjadi lima kelompok, yaitu:[4]
·
Fisiologis
berhubungan dengan seluk beluk kelompok,fungsi dan bagian kehidupan.
·
Rasa aman
berhubungan dengan perlindungan diri
·
Afiliasai
berhubungan dengan kerjasama atau hubungan dengan orang lain.
·
Harga diri
berhubungan dengan kehormatan
·
Pengembangan
potensi berhubungan dengan kemampuan untuk memaksimalkan bakat dan sebagainya.
Manusia sebagai
makhluk tuhan pada dasarnya tidak mampu untuk bertindak instrintif atau
berdasarkan nurani semata seperti yang terjadi pada hewan. Oleh karena itulah
dikembangkan suatu cara untuk mengajarkan cara hidup yang kita sebut sebagai
kebudayaan. Akan tetapi meski tidak dapat bertindak instrintif, manusia
memiliki kemampuan komunikasi, belajar dan menguasai objek-objek secara fisik.
Nilai-nilai
kebudayaan adalah jiwa dari kebudayaan dan menjadi dasar dari segenap wujud
kebudayaan. Selain nilai budaya kebudayaan juga diwujudkan dalam tata hidup
yang merupakan kegiatan manusia yang mencerminkan nilai budaya yang
dikandungnya. Nilai budaya bersifat abstrak sedangkan tata hidup bersifat real.
Kegiatan manusia dapat ditangkap oleh panca indera sedangkan nilai budaya hanya
tertangguk oleh budi manusia.
2.2.4
Wujud
– wujud Kebudayaan
Menurut J.J. Hoenigman,
wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga, yaitu:
a.
Gagasan (Wujud
ideal)
Wujud ideal
kebudayaan berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai,
norma-norma,
peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak.
Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat.
b.
Aktivitas
(tindakan)
Aktivitas adalah
wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat
itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini
terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi,
mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia
lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan.
Sifatnya konkret,
terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.
c.
Artefak (karya)
Artefak adalah
wujud kebudayaan fisik
yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam
masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan
didokumentasikan. Sifatnya paling konkret diantara ketiga wujud kebudayaan.
Dalam kenyataan
kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa
dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan
ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak)
manusia.
Berdasarkan
wujudnya tersebut, kebudayaan dapat digolongkan atas dua komponen utama, yaitu:
a.
Kebudayaan
material
Kebudayaan
material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret. Termasuk
dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu
penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat, perhisalan, senjata, dan seterusnya.
Kebudayaan material juga mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat
terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci.
b.
Kebudayaan
nonmaterial
Kebudayaan
nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke
generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian
tradisional.
2.2.5
Unsur
– unsur Kebudayaan
Komponen-komponen atau unsur-unsur
utama dari kebudayaan antara lain:
a.
Peralatan dan
perlengkapan hidup (teknologi)
Teknologi
menyangkut cara-cara atau teknik memproduksi, memakai, serta memelihara segala
peralatan dan perlengkapan. Teknologi muncul dalam cara-cara manusia
mengorganisasikan masyarakat, dalam cara-cara mengekspresikan rasa keindahan,
atau dalam memproduksi hasil-hasil kesenian.
b.
Sistem mata
pencaharian
Perhatian para
ilmuwan pada sistem mata pencaharian ini terfokus pada masalah-masalah mata pencaharian
tradisional saja, di antaranya:
c.
Sistem
kekerabatan dan organisasi sosial
Sistem
kekerabatan suatu masyarakat dapat dipergunakan untuk menggambarkan
struktur sosial dari masyarakat yang bersangkutan. Kekerabatan adalah unit-unit
sosial
yang terdiri dari beberapa keluarga yang memiliki hubungan darah atau hubungan
perkawinan. Sementara itu, organisasi sosial adalah perkumpulan sosial yang
dibentuk oleh masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum,
yang berfungsi sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa
dan negara.
Sebagai makhluk
yang selalu hidup bersama-sama, manusia membentuk organisasi sosial
untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang tidak dapat mereka capai sendiri.
d.
Bahasa
Bahasa
adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk saling berkomunikasi
atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan, ataupun gerakan (bahasa isyarat),
dengan tujuan menyampaikan maksud hati atau kemauan kepada lawan bicaranya atau
orang lain. Melalui bahasa, manusia dapat menyesuaikan diri dengan adat
istiadat, tingkah laku, tata krama masyarakat, dan sekaligus mudah membaurkan
dirinya dengan segala bentuk masyarakat.
e.
Kesenian
Kesenian mengacu
pada nilai keindahan (estetika) yang berasal dari ekspresi hasrat manusia
akan keindahan yang dinikmati dengan mata
ataupun telinga.
Sebagai makhluk yang mempunyai cita rasa tinggi, manusia menghasilkan berbagai
corak kesenian mulai dari yang sederhana hingga perwujudan kesenian yang
kompleks.
f.
Sistem
Kepercayaan
Agama dan sistem kepercayaan
lainnya seringkali terintegrasi dengan kebudayaan. Agama adalah sebuah unsur
kebudayaan yang penting dalam sejarah umat manusia.
2.3
Hubungan Ilmu dan Kebudayaan
Ilmu merupakan
bagian dari pengetahuan dan pengetahuan merupakan unsur kebudayaan. Ilmu dan
kebudayaan berada dalam posisi yang saling tergantung dan saling mempengaruhi.
Disatu pihak pengembangan ilmu dalam suatu masyarakat tergantung kondisi
kebudayaannya, tapi dipihak lain pengembangan ilmu akan mempengaruhi jalannya
kebudayaan.
Menurut Talcot
Parsons, mereka saling mendukung satu sama lain baik dalam beberapa tipe
masyarakat ilmu dapat berkembang dengan pesat, demikian pula sebaliknya. Masyarakat
tersebut tak dapat berfungsi dengan wajar tanpa didukung perkembangan yang
sehat dari ilmu dan penerapan.
Ilmu dan
kebudayaan berada pada posisi yang saling tergantung dan saling
mempengaruhi. Pada satu pihak perkembangan ilmu dalam suatu masyarakat
tergantung dari kondisi kebudayaannya. Sedangkan dipihak lain , pengembangan
ilmu akan mempengaruhi jalannya kebudayaan. Ilmu terpadu secara intim dengan
keseluruhan sistem sosial dan tradisi kebudayaan.
Semua materi
yang terkandung dalam suatu kebudayaan diperoleh manusia dengan sadar lewat
proses belajar, secara belajarlah yang membuat transfer kebudayaan dari
generasi yang satu kegenerasi berikutnya. Dengan demikian kebudayaan diteruskan
dari waktu kewaktu : kebudayaan yang telah lalu bereksitensi pada masa kini,
kebudayaan masa kini disampaikan ke masa yang akan datang.
2.4
Kebudayaan dan Pendidikan
Allport,
Vernon dan Lindsey mengidentifikasikan enam nilai dasar
dalam kebudayaan yakni:[5]
a.
Nilai
Teori adalah hakikat penemuan kebenaran lewat berbagai metode seperti
rasionalisme, empirisme dan metode ilmiah.
b.
Nilai ekonomi
adalah kegunaan dari berbagai benda dalam memenuhi kebutuhan manusia.
c.
Nilai estitika adalah berhubungan dengan
keindahan dan segi segi artistik yang menyangkut antara lain bentuk , harmoni
dn wujud kesenian lainnya yang memberi kan kenikmatan kepada manusia.
d.
Nilai sosial
adalah nilai berorientasi kepada hubungan antar manusia dan penekanan segi segi
kemanusiaan yang luhur.
e.
Nilai politik
adalah kegiatan yang berpusat kepada kekuasaan dan pengaruh baik dalam
kehidupan masyarakat maupun dunia politik
f.
Nilai Agama
adalah penghayatan yang bersifat mistik dan trasedental dalam usaha
manusia untuk mengerti dan memberi arti bagi kehadirannya di muka bumi.
Dari
penggolongan diatas maka masalah pertama yang dihadapi oleh pendidikan ialah
menerapkan nilai-nilai budaya apa saja yang harus dikembangkan dalam diri
anak-anak kita.
Pendidikan
merupakan usaha sadar dan sistimatis dalam membantu untuk mengembangkan
pikiran, kepribadian dan kemampuan fisiknya, artinya pendidikan harus sesuai
dan relevan dengan kebudayaan dan zaman. Namun pada kenyataannya pendidikan
ternyata tidak relevan dengan zaman dan kebudayaan karena masih banyak pola
pendidikan kita yang konvensional. Tetapi untuk menentukan nilai mana yang
patut didapatkan, maka kita perlu menelaah dan meramalkan skenario pada
masyarakat kita yang akan datang.
2.5
Perkembangan Ilmu dan Kebudayaan Nasional
Peranan ganda ilmu dalam
pengembangan kebudayaan nasional adalah sebagai berikut :
- Ilmu merupakan sumber nilai yang mendukung terselenggaranya perkembangan kebudayaan nasional
- Ilmu merupakan sumber nilai yang mengisi pembentukan watak suatu bangsa.
Kedua hal ini
terpadu satu sama lain dan sukar dibedakan. Pengkajian perkembangan kebudayaan
nasioal tidak dapat dilepaskan dari perkembangan ilmu. Dewasa
ini kurun ilmu dan teknologi menjadi pengembangan utama bidang ilmu
dan secara tidak langsung kebudayaan kita tak terlepas dari pengaruhnya,
sehingga kita harus ikut memperhitungkan hal ini. Untuk itu dibicarakan peranan
ilmu sebagai sumber nilai yang ikut mendukung pengembangan kebudayaan Nasional. Ada
tujuh nilai yang terkandung dalam hakikat keilmuan yaitu:
- Kritis
- Rasional
- Logis
- Objektif
- Terbuka
- Menjunjung kebenaran
- Pengabdian universal.
Ketujuh sifat
ini sangat akan sangat konsisten untuk membentuk bangsa yang modern. Karena
bangsa yang modern akan menghadapi banyak tantangan di segala bidang kehidupan.
Pengembangan kebudayaan nasional pada hakikatnya adalah perubahan kebudayaan
konvensional kearah yang lebih aspirasi.
Ilmu bersifat
mendukung budaya nasional, maka kita perlu meningkatkan peranan keilmuan dalam
kehidupan kita. Beberapa langkah yang dapat kita gunakan yang pada pokoknya
mengandung beberapa pemikiran sebagai berikut:
- Ilmu merupakan bagian kebudayaan, sehingga setiap langkah dalam kegiatan peningkatan ilmu harus memperhatikan kebudayaan kita.
- Ilmu merupakan salah satu cara menemukan kebenaran.
- Asumsi dasar dari setiap kegiatan dalam menemukan kebenaran adalah percaya dengan metode yang digunakan.
- Kegiatan keilmuan harus dikaitkan dengan moral.
- Pengembangan keilmuan harus seiring dengan pengembangan filsafat
- Kegiatan ilmah harus otonom dan bebas dari kekangan struktur kekuasaan.
Keenam hal ini
merupakan langkah-langkah untuk memberi kontrol bagi masyarakat terhadap
kegiatan ilmu dan teknologi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kebudayaan
adalah hasil cipta, karya dari manusia, yang bersumber dari akal, rasa dan
kehendak manusia. Oleh karena itu, kebudayaan tidak akan dapat berhenti, selama
manusia masih menciptakan karya. Maka prosesnya akan terus ada selama adanya
aktivitas manusia untuk mencapai keinginan dan kehendaknya untuk hidup
berkualitas.
Dengan
demikian, apabila kebudayaan adalah hasil karya manusia, maka ilmu sebagai
hasil akal pikir manusia juga merupakan kebudayaan. Karena semua
materi yang terkandung dalam suatu kebudayaan diperoleh manusia dengan sadar
lewat proses belajar, secara belajarlah yang membuat transfer kebudayaan dari
generasi yang satu kegenerasi berikutnya. Pada hakikatnya ilmu
dan nilai-nilai yang dikandung dalam ilmu memiliki pengaruh terhadap
pengembangan kebudayaan nasional. Dengan demikian kebudayaan
diteruskan dari waktu kewaktu : kebudayaan yang telah lalu bereksitensi pada
masa kini, kebudayaan masa kini disampaikan ke masa yang akan datang.
Daftar Pustaka
Praja, Juhaya S. 2003. Aliran-aliran Filsafat dan
Etika. Jakarta: Prenada Media.
Suriasumantri, Jujun S. 2005. Filsafat Ilmu:
Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
Susanto. 2011. Filsafat Ilmu: Suatu
Kajian dalam Dimensi Ontologis, Epistemologis, dan Aksiologis. Jakarta: PT.
Bumi Aksara.
[1]
Susanto. Filsafat
Ilmu: Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis, Epistemologis, dan Aksiologis.
Jakarta: PT. Bumi Aksara, hlm. 112
[2]
Suriasumantri,
Jujun S. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, hlm. 273-275
[3]
Suriasumantri,
Jujun S. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, hlm. 281
[4]
Suriasumantri,
Jujun S. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, hlm. 262
[5]
Suriasumantri,
Jujun S. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, hlm. 263
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan komen ya gan :D